Pengikut

Jumat, 11 September 2020

Mengumpulkan Serpihan

        Seperti biasa, jalan setapak ini selalu saya lalui untuk sampai di jalan raya tempat menunggu angkutan umum, tidak banyak pemandangan yang bisa saya saksikan selain tanah merah,ranting dan onggokan sampah yang tiba tiba muncul,entah dari mana dan siapa yang memulainya.Di ujung jalan saling berhadapan dua bangunan sekolah yang sudah lama sepi karena proses belajar dialihkan ke rumah masing - masing alias daring. Dulu jauh sebelum pandemi melanda Indonesia dan dunia, kedua bangunan Sekolah Dasar ini ramai, bahkan suara anak -anak sering terdengar hingga keluar area sekolah,terutama disaat jam pelajaran "membaca". Jangankan membaca yang memang harus mengeluarkan suara, menulispun bisa menimbulkan kegaduhanan padahal yang diandalkan olah keterampilan tangan.

       Waktu duduk di Sekolah Dasar (SD), menulis termasuk pelajaran yang menyenangkan buat saya,mengarang salah satunya.Ternyata menulis ini adalah keterampilan motorik setelah  belajar berbicara.menulis terus dilakukan seiring jenjang pendidikkanataupun diluar itu,bahkan disaat sudah menjadi ibu pun menulis adalah hal yang biasa dilakukan, walaupun sekedar menulis daftar belanjaan tagihan rutin. Dan kalau dicermati, ternyata saya bisa juga menulis terbukti dengan banyaknya diary yang menampung curhatan-curhatan, termasuk kebiasaan yang sering dilakukan saat jomlo alias tidak punya pacar. Paktanya bisa itu karena biasa, walaupun menulis baru ala kadarnya belum bertema atau terikat aturan-aturan kepenulisan.

        Sedikit norak mungkin kalau saya punya pikiran menulis  ada kesamaannya dengan kebiasaan kita memperlakukan sampah. Untuk bisa menulis harus punya rasa disiplin alias pembiasaan diri, begitu .juga dengan kebiasaan disiplin dalam memilih dan memilah sampah. Saya jadi punya ide bagaimana kalau keduanya ini saya gabungkan dalam satu kalimat menjadi judul sebuah buku?                                "Kebiasaan Menulis Menghantarkan Saya Membukukan Kebiasaan Memilah Sampah"                            Saya berdoa ini bukan sekedar halusinasi, tapi saya akan bisa mewujudkannya, meskipun saya sadar betul bahwa saya belum memiliki ilmu menulis yang baik, saya siap belajar dan belajar walaupun usia saya tidak muda lagi. salah satu upaya  saya adalah dengan mengikuti kelas belajar menulis.

1 komentar:

  1. Terima kasih, Mbak untuk setoran tugasnya.
    Secara umum sudah cukup baik penulisannya. Hanya tinggal lebih teliti pada ejaan dan tata bahasanya. Dipelajari ulang PUEBI & KBBI-nya ya?

    Setelah tanda baca terakhir, baik itu titik, koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua, berikan spasi sebelum memulai kalimat baru atau berikutnya.

    Perhatikan juga penulisan "pun", mana yang harus digabung atau dipisahkan. Rujuk kembali materi yang sudah diberikan, ya?

    Idenya menarik. Tingkatkan terus kepekaan untuk mengangkat ide-ide sederhana menjadi sebuah tulisan yang bisa menginspirasi banyak orang. Keep writing ya, Mbak.

    BalasHapus

Aku Dan Komunitas

 Bermain Sampah      Banyak hal yang membuat saya memilih untuk bergabung disini, bergerak bersama komunitas sesama pencinta sampah. Mungkin...